Saturday, October 23, 2010

My klipping



Tugas kliping tentang hasil wirausaha dan kreativitas


Nama:kholidil amin (19)

Dinas pendidikan kabupaten pasuruan

UPTD.SMKN 1 PURWOSARI PASURUAN

KABUPATEN PASURUAN





Kreativitas Sulap Limbah Plastik Jadi Pin











KREATIF
: Dua orang siswa SMK Negeri 5 Pekanbaru mencetak pin hasil karya kelas wirausaha. Kreativitas siswa ini sudah dipasarkan.
Seluruh siswa SMK Negeri 5 Pekanbaru dituntut untuk memiliki ketrampilan khusus. Dengan begitu, bila siswa tamat bisa membuka usaha sendiri. Untuk itulah dibuka kelas wirausaha.
Pada kelas ini, siswa belajar menciptakan suatu benda berharga dan memperbaiki barang elektronik yang rusak. Salah satu hasil yang paling menonjol sekarang ini adalah mengubah limbah plastik rumah tangga menjadi barang yang bisa dijual seperti Pin.
Sudah banyak yang memesan Pin hasil kreatifitas dari siswa di sekolah yang berlokasi, di Jalan Yossudarso Ujung, Rumbai. Bukan hanya teori saja yang diajarkan, mempertajam keterampilan atau skill menjadi yang utama.
Kelas ini dilakukan sepulang sekolah, di ruang Multimedia SMK N 5 Pekanbaru. Walaupun baru berumur satu semester (enam bulan, red) kelas yang dilakukan Kelas 1 Jurusan Multimedia ini menjadi perhatian serius seluruh seluruh guru pembimbing para siswa yang tergabung.
Kepala Sekolah SMK Negeri 5 Pekanbaru, Feri Deswandi mengatakan, kelas in tercipta beradsarkan masukan seluruh guru. ”Ba-gaimana kalau kita membentuk suatu kelas wirausaha, jadi bukan saja teori yang anak-anak pelajari namun juga praktik dalam berwirausaha. Usulan ini disampaikan seluruh guru,” jelasnya kepada Xpresi.
Dari penuturan Feri, kelas wirausaha sengaja dibentuk untuk menumbuhkan jiwa-jiwa seorang enterpreneur sejak dini. Dengan demikian, seluruh siswa bisa menciptakan lapangan pekerjaan sendiri dan bisa merekrut tenaga kerja, bukan mencari pekerjaan.
”Sekarang kita sudah dapat menciptakan lapangan pekerjaan, bukan mencari pekerjaan. Kegiatan yang dilakukan pada kelas ini adalah membuat pin dengan teknik design dan kreasi Multimedia sesuai permintaan pembeli. Kita mengubah limbah plastik menjadi barang bisa diperjualbelikan,” ujarnya.
Diakuinya, keuntungan yang didapatkan dari hasil penjualan memang tidak seberapa, dari sebuah pin kecil. Pin berukuran 4,4 dan ukuran 5,8 serta gantungan kunci sudah mendapatkan pesanan dari masyarakat.Harga Pin berukuran 4,4 dijual dengan harga Rp 4000, PIN berukuran 5,8 dijual Rp 6000, dan gantungan kunci dijual Rp5000.
”Kami tidak memandang besar kecilnya keuntungan yang dihasilkan. Yang diinginkan sekolah, bagaimana cara mengembangkan jiwa seorang wirausahawan dari diri kami,” ujarnya

Limbah Kaleng Bekas Berharga Jutaan Rupiah Yon Daryono







Karya seni dari limbah kaleng buatan Kusnodin di Magelang, Jateng
31/03/2010 12:03


Liputan6.com, Magelang: Limbah kaleng kerap berakhir di tempat pembuangan sampah. Padahal jika dikelolah dengan kreatif, kaleng bisa menjadi karya bernilai seni. Salah satu pengrajin yang memanfaatkan limbah kaleng adalah Kusnodin. Aneka bentuk karya dari kaleng berhasil dibuatnya seperti burung merak, burung kutilang, tupai, serta wayang hanoman.

Menurut warga Dusun Pongangan, Salaman, Magelang, Jawa Tengah, itu usahanya telah dirintis sejak 1987. Bermodalkan keahlian otodidak, lelaki yang pernah menjadi sopir angkot itu mencoba sejumlah kaleng yang terbuang begitu saja. Barang-barang hasil kreativitas sederhana itu pun disukai masyarakat. Apalagi harganya terjangkau, kisaran Rp 75 ribu - Rp 115 ribu. Untuk hasil kerajinan dengan ukuran khusus harganya bisa mencapai Rp 26 juta.

Kusnodin yang berusia 4o tahun itu tak pelit berbagi ilmunya. Ia mengatakan, agar memperoleh hasil yang bagus, kaleng bekas disortir telebih dahulu. Kaleng kemudian dipotong hingga mengulir. Setelah itu, ambil batang kayu sebagai bahan dasar patung hiasan. Kayu yang sudah diukir lantas ditempeli uliran kaleng sehingga membentuk hewan yang dikehendaki.

Kesabaran dan keuletan Kusnodin inilah yang menghantar produknya hingga menembus pasar internasional. Namun demikian, Kusnodin mengaku masih mengalami kendala karena situasi krisis pemasaran global. Ia berharap pemerintah pun memerhatikan usahanya agar bisa berkembang.
Tentang Kewirausahaan

Istilah wirausaha berasal dari kata entrepreneur (bahasa Francis) yang diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan arti between taker atau go-between. (Buchari, 2006: 20). Menurut Suparman Sumohamijaya istilah wirausaha sama dengan istilah wiraswasta. Wiraswasta berarti keberanian, keutamaan dan keperkasaan dalam memenuhi kebutuhan serta memecahkan permasalahan hidup dengan kekuatan yang ada pada diri sendiri (Sumohamijaya, 1980: 115).
Kewirausahaan merujuk pada sifat, watak dan ciri-ciri yang melekat pada individu yang mempunyai kemauan keras untuk mewujudkan dan mengembangkan gagasan kreatif dan inovatif yang dimiliki ke dalam kegiatan yang bernilai. Jiwa dan sikap kewirausahaan tidak hanya dimiliki oleh usahawan, melainkan pula setiap orang yang berpikir kreatif dan bertindak inovatif. Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari dan memanfaatkan peluang menuju sukses
Menjadi wirausahawan berarti memiliki kemauan dan kemampuan menemukan dan mengevaluasi peluang, mengumpulkan sumber daya yang diperlukan dan bertindak untuk memperoleh keuntungan dari peluang itu. Mereka berani mengambil risiko yang telah diperhitungkan dan menyukai tantangan dengan risiko moderat. Wirausahawan percaya dan teguh pada dirinya dan kemampuannya mengambil keputusan yang tepat. Kemampuan mengambil keputusan inilah yang merupakan ciri khas dari wirausahawan.
Karakteristik kewirausahaan menyangkut tiga dimensi, yakni inovasi, pengambilan risiko dan proaktif. Sifat inovatif mengacu pada pengembangan produk, jasa atau proses unik yang meliputi upaya sadar untuk menciptakan tujuan tertentu, memfokuskan perubahan pada potensi sosial ekonomi organisasi berdasarkan pada kreativitas dan intuisi individu. Pengambilan risiko mengacu pada kemauan aktif untuk mengejar peluang. Sedangkan dimensi proaktif mengacu pada sifat assertif dan implementasi teknik pencarian peluang “pasar” yang terus-menerus dan bereksperimen untuk mengubah lingkungannnya.
Jiwa, sikap dan perilaku kewirausahaan memiliki ciri-ciri yakni: (1) penuh percaya diri, dengan indikator penuh keyakinan, optimis, disiplin, berkomitmen dan bertanggungjawab; (2) memiliki inisiatif, dengan indikator penuh energi, cekatan dalam bertindak dan aktif; (3) memiliki motif berprestasi dengan indikator berorientasi pada hasil dan berwawasan ke depan; (4) memiliki jiwa kepemimpinan dengan indikator berani tampil beda, dapat dipercaya dan tangguh dalam bertindak; dan (5) berani mengambil risiko dengan penuh perhitungan.
Percaya diri dan keyakinan dijabarkan ke dalam karakter ketidaktergantungan, individualitas dan optimis. Ciri kebutuhan akan berprestasi meliputi karakter berorientasi laba, ketekunan dan ketabahan, tekad dan kerja keras, motivasi yang besar, energik dan inisiatif. Kemampuan mengambil risiko berarti suka pada tantangan. Berlaku sebagai pemimpin berarti dapat bergaul dengan orang lain (bawahan), menanggapi saran dan kritik, inovatif, fleksibel, punya banyak sumber, serba bisa dan mengetahui banyak. Disamping itu, wirausahawan mempunyai pandangan ke depan dan perspektif yang maju.
Aksioma yang mendasari proses kewirausahaan adalah adanya tantangan untuk berpikir kreatif dan bertindak inovatif sehingga tantangan teratasi dan terpecahkan. Ide kreatif dan inovatif wirausaha tidak sedikit yang diawali dengan proses imitasi dan duplikasi, kemudian berkembang menjadi proses pengembangan dan berujung pada proses penciptaan sesuatu yang baru, berbeda dan bermakna. Tahap penciptaan sesuatu yang baru, berbeda dan bermakna inilah yang disebut tahap kewirausahaan.
Menurut Hakim (1998: 34), ada empat unsur yang membentuk pola dasar kewirausahaan yang benar dan luhur, yaitu: (1) sikap mental, (2) kepemimpinan, (3) ketatalaksanaan dan (4) keterampilan. Dengan demikian, wirausahawan harus memiliki ciri atau sifat tertentu sehingga dapat disebut wirausahawan. Secara umum, seorang wirausahawan perlu memiliki ciri percaya diri, berorientasi tugas dan hasil, berani mengambil risiko, memiliki jiwa kepemimpinan, orisinalitas dan berorientasi masa depan.
Dengan demikian, wirausaha dalam konteks persekolahan adalah seorang pembuat keputusan yang membantu terbentuknya sistem kegiatan suatu lembaga yang bebas dari keterikatan lembaga lain. Sebagian besar pendorong perubahan, inovasi dan kemajuan dinamika kegiatan di sekolah akan datang dari kepala sekolah yang memiliki jiwa wirausaha. Wirausaha adalah orang yang mempunyai tenaga dan keinginan untuk terlibat dalam petualangan inovatif. Wirausaha juga memiliki kemauan menerima tanggung jawab pribadi dalam mewujudkan keinginan yang dipilih.
Seorang wirausaha memiliki daya inovasi yang tinggi, dimana dalam proses inovasinya menunjukkan cara-cara baru yang lebih baik dalam mengerjakan pekerjaan. Dalam kaitannya dengan tugas kepala sekolah, kebanyakan di antaranya tidak menyadari keragaman dan keluasan bidang yang menentukan tindakannya guna memajukan sekolah. Mencapai kesempurnaan dalam melakukan rencana merupakan sesuatu yang ideal dalam mengejar tujuan, tetapi bukan merupakan sasaran yang realistik bagi kebanyakan kepala sekolah yang berjiwa wirausaha. Bagi kepala sekolah yang realistik hasil yang dapat diterima lebih penting daripada hasil yang sempurna. Setiap orang termasuk kepala sekolah yang kreatif dan inovatif adalah individu yang unik dan spesifik.
Kepala sekolah yang memiliki jiwa wirausaha pada umumnya mempunyai tujuan dan pengharapan tertentu yang dijabarkan dalam visi, misi, tujuan dan rencana strategis yang realistik. Realistik berarti tujuan disesuaikan dengan sumber daya pendukung yang dimiliki. Semakin jelas tujuan yang ditetapkan semakin besar peluang untuk dapat meraihnya. Dengan demikian, kepala sekolah yang berjiwa wirausaha harus memiliki tujuan yang jelas dan terukur dalam mengembangkan sekolah. Untuk mengetahui apakah tujuan tersebut dapat dicapai maka visi, misi, tujuan dan sasarannya dikembangkan ke dalam indikator yang lebih terinci dan terukur untuk masing-masing aspek atau dimensi. Dari indikator tersebut juga dapat dikembangkan menjadi program dan sub-program yang lebih memudahkan implementasinya dalam pengembangan sekolah.
Untuk menjadi kepala sekolah yang berjiwa wirausaha harus menerapkan beberapa hal berikut: (1) berpikir kreatif -inovatif, (2) mampu membaca arah perkembangan dunia pendidikan, (3) dapat menunjukkan nilai lebih dari beberapa atau seluruh elemen sistem persekolahan yang dimiliki, (4) perlu menumbuhkan kerjasama tim, sikap kepemimpinan, kebersamaan dan hubungan yang solid dengan segenap warga sekolah, (5) mampu membangun pendekatan personal yang baik dengan lingkungan sekitar dan tidak cepat berpuas diri dengan apa yang telah diraih, (6) selalu meng-upgrade ilmu pengetahuan yang dimiliki dan teknologi yang digunakan untuk meningkatkan kualitas ilmu amaliah dan amal ilmiahnya, (7) bisa menjawab tantangan masa depan dengan bercermin pada masa lalu dan masa kini agar mampu mengamalkan konsep manajemen dan teknologi informasi.
Sementara itu, Murphy & Peck (1980: 8 ) menggambarkan delapan anak tangga untuk mencapai puncak karir. Delapan anak tangga ini dapat pula digunakan oleh seorang kepala sekolah selaku wirausaha dalam mengembangkan profesinya. Kedelapan anak tangga yang dimaksud adalah: (1) mau bekerja keras. (2) bekerjasama dengan orang lain. (3) penampilan yang baik. (4) percaya diri. (5) pandai membuat keputusan. (6) mau menambah ilmu pengetahuan. (7) ambisi untuk maju (8) pandai berkomunikasi.
Kemampuan kepala sekolah yang berjiwa wirausaha dalam berinovasi sangat menentukan keberhasilan sekolah yang dipimpinnya karena kepala sekolah tersebut mampu menyikapi kebutuhan, keinginan dan harapan masyarakat akan jasa pendidikan bagi anak-anaknya. Oleh karena itu, jika Anda ingin sukses memimpin sekolah jadilah individu yang kreatif dan inovatif dalam mewujudkan potensi kreativitas yang dimiliki dalam bentuk inovasi yang bernilai.


No comments:

Post a Comment